Aku memandang keadaan disekitarku. ini oh yang namanya kota metropolitan, ramai sekali....
Kemudian aku dan seorang cowok yang tak ku kenal berjalan mengikuti Bu Laras karena Jakarta masih terasa sangat asing bagiku.
"Oh ya Nisa. ini reza. ibu hampir saja lupa mengenalkannya padamu. dia wakil dari SMP kita juga lho!"
"Oh ya? dari kelas mana?" tanya ku ingin tau
"Dari kelas 8A, reza ini Nisa dari kelas 8B yang ibu ceritakan kemarin..."
"salam kenal..." ucapnya ramah
"Salam kenal juga" aku tersenyum sambil terus berjalan ke ruang SMP yang akan digunakan untuk acara SPI (Seni pelajar Indonesia).
"Kalian istirahat dulu diasrama putri dan putra. karena acaranya masih akan di mulai nanti sore.
reza melihat aelojinya, kemudian dia berpamitan untuk beristirahat sejenak di asrama putra. akupun meminta izin untuk beristirahat di asrama putri karena kupikir aku harus memulihkan dulu tenagaku.
sementara bu Laras menuju tempat yang telah disiapkan untuk para pengantar. aku enuju asrama putri yang tempatnya tak jauh dari asrama putra.
hatiku berdebar...
Ahh ... mengapa aku jadi cemas begini, apa karena ini pertama kalinya aku disini?
"Assalammu'alaikum..." ucapku perlahan membuka pintu
"Wa'alaikumsalam. wakil dari Bandung ya dek?"
"Iya teh..."jawabku malu-malu. teteh berkerudung biru itu mengangguk dan mengajakku ke sebuah kamar.
"Sini dek...kamarmu sama kita-kita. kemarin udah dibagi kelompok sama petugasnya!"
Aku mengamati keadaaan kamar. hmmm... cukup rapi dan luas tapi masih perlu dirapikan lagi. Aku terus melihat keadaan kamar tanpa sengaja mataku bersitatap dengan seorang perempuan berambut panjang yang sedang asyik dengan HP-nya...
Ternyata diruangan ini ada juga yang tidak pakai jilbab ya? padahal wajahnya imut jikapaai jilbab. Ahh... kenapa aku jadi memikirkannya
"Dek Nisa enggak papa kan?" teh Lins membuyarkan lamunanku.
"Ah....eh enggak papa kok teh! aku kebingungan
"ya udah kamu istirahat dulu pasti capek jauh-jauh dari Bandung." teh Syifa membenarkan.
"Enggak kok teh, cuman sekitar 3 jam perjalanan dari Bandung kesinni!" ujarku membenarkan
"masa sih?kapan-kapan boleh dong kami maen kerumahmu? denger-denger, udara disana masih sejuk dan masha lami..." teh lina menambahkan.
"Iya teh..."
Baru saja kau ngomong begitu, terdrngar suara pengumuman dari aula SMP N kepusatan.
"Ayo dek kita disuruh ngumpul di aula. Acaranya mau dimulai! teh Syifa menarik tanganku. AKu buru-buru mengenakan jilbab hijau mudaku yang imut.
"Buruan dong dek!" teh Nayla menggerutu tak sabar
"Teteh duluan aja deh!" aku memasukkan pulpenku kedalam kotak pensil. Teh Nayla berjalan duluan bersama Mutia, gadis imut yang tidak berjilbab itu.
Aku terburu-buru menuju aula, karena tidak hati-hati aku menabrak seorang cowok yang berlainan arah denganku.
"Ma...Maaf ya. Aku enggak liat!" Aku membereskan bukuku.
"Hey...Nisa! Reza membantuku membereskan buku.
"Acaranya sudah selesai ya? Aku bertanya begitu karena kulihat dia akan kembali ke asrama.
"Belum kok!hanya saja pulpenku ketinggalan diasrama"
"PAkai pulpenku saja..." Aku menyodorkan pulpen biru muda, dia menerimanya dan berterima kasih.
Akhirnya, aku dan Reza berlari menuju aula SMPN Kepusatan.
Maaf kami terlambat" Reza masuk aula dengan terengahengah. aku megikutinya di belakang.
"Maaf..." Aku membungkukkan badan.
"Aiiihh manisnya, sudah cantik sopan lagi..."suara cowok berbisik-bisik.
"kalian datang bersama ya?kompak sekali..."
Panitia seminar menggodaku. kami hanya saling pandang dan tersenyum. kemudian acara demi acara terjalani sudah. Aku dan Reza sudah banyak mengantongi nilai.
Pukul 22.00 di Asrama Putri...
kok aku enggak bisa tidur ya? tumben banget, biasanya jam segini uda menjelajahi di alam mimpi. Ah... kenapa udara di Jakarta teramat gerah...
Aku melepas jilbabku dan kemudian mencoba memejamkan mata. pada akhirnya mimpi-mimpi indah menghiasi tidurku.
....
tring trung tring trung ting des.... 2x
"Nisa...!berisik..." teh Syifa melempar bantal kearahku
"Awan teh...afwan!!!" Aku segera mematikan alarm di HP untuk kemudian beranjak menuju masjid yang tak jauh dari sini.
Baru saja selelsai sholat tahajud, aku melihat di shof depa ada sosok tubuh yang sedang membaca Al-Qur'an engan sangat fasih.
Wahh... jangan-jangan hantu lagi, baru saja aku berpikir akan lari sosok tampan itu menoleh ke belakang.
"hei Nisa mau kemana?Udah selesai sholatnya?"
"Re...za.." Aku mengangguk dan bernafas lega.
"Ternyata Nisa rajin juga ya..."
Aku hanya tersenyum kemudian meinta izin untuk kembali ke asrama lebih dulu,
Sekembalinya dari masjid, aku duduk termenung di atas karpet untuk kemudian bergumam lirih.
"Ya Allaj, rasaya aku sedang jatuh cinta pada seseorang. Dia orang yang taman. sholeh dan berbudi luhur. Apakah dia juga punya persaan yang sama denganku?????????
tapi meskipun dia tidak menyukaiku, aku bersyukur karena kau masih menyukaiku. terimakasih ya Allah.."
Sementara di tempat lain....
Reza senyum-senyum sendiri embayangkan sosok cantik di balik jilbab. Ya... reza tengah memikirkan Nisa sama halnya dnega Nisa yang juga tengah memikirkannya.
"Ya Allah, kalau cuman jatuh cinta boleh kan...!!!" ucapnya penuh arti
Reza menutup mushaf Al-Qurannya kemudian ia mengambil buku catatn kecil disaku bajunya dan mulai menuliskan semua yang diektahuinya tentang Nisa.
Ah...semoga hanya dia dan Tuhan yang tau...
hari terakhir di jakarta
Acara demiacara terjalani sudah. ini hari terakhirku dan Reza berada di jakarta. sudah seminggu kami mengadakan perlombaan. Inilah babak yang menentukan.
Kemarin seusai lomba baca puisi dan tartil Qur'an, grup Kak Syifa telah ditetapkan sebagai juara etiga. kini tersisalah dua grup yang akan bertanding berpidato 2 bahasa, bahasa Arab dan Bahasa Inggris.
"Mari kita berjuang!" Reza menyodorkan air mineral kepadaku.
"Aku rasa aku nggak akan bisa..."ucapku putus asa
"jangan pesimis...."
"tapi Maria bilang begitu padaku!"
"jangan pedulikan kata-kata orang lain!"
"Tapi ... tak terasa air mataku menetes.
"Knapa harus mengangis sih? " reza mencoba menenangkanku, tapi aku tak bisa berhenti.
"Nisa...sebenarnya bukan karena takut kita lari, tapi karena ingin lari kita jadi takut"
"Nukan karena senang kita tertawa, tapi karena tertawa...semua akan menjadi menyenagkan."reza menambahkan kata-kata yang pertama ia ucapkan.
Aku menghapus air mataku dan menatapnya lekat. entah dari mana asalnya, secercah kedamaian merasuk ke dalam hatiku setelah aku mendengarkan ucapannya.
"Terima kasih .. a...tas nasehatmu!" aku tertawa kecil ke arahnya, dia membalasnya.
"Nisa cuci mukamu!"
Aku beranjak ke kamar mandi untuk mencuci muka kemudian kembali ke tempat dimana Reza menungguku.
Tak alma kemudian...
Reza Maulana Akbar
kudengar namanya disebut. Dia berdiri dan menatapku.
"Mari kita berjuang bersama..." bisiknya perlahan
"Yaa.. mari kita berjuang!"ucapku pasti
reza berjalan menuju mimbar, dia mengucapkan pidato dengan bahasa arab dengan sangat fasih, sefasih saat dia membaca kitab suci Al-Qur'an. Tanpa kusadari, aku terkesima dengankata-katanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar